Senin, 04 Januari 2010

Pengobatan dengan mengoreksi Diri


42:30 Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar .

Sakitpun termasuk musibah yang sering menimpa diri kita, Ayat diatas menegaskan bahwa musibah yang terjadi adalah akibat dari kesalahan diri kita sendiri atau ada sesuatu yang salah tentang sikap dan perilaku kita, Sakit merupakan peringatan dari Allah dan dengan sakit itulah Allah memaafkan kesalahan sebagian besar, oleh sebab itu apabila kita tertimpa suatu musibah, kita wajib mengembalikannya kepada Nya. Serta memohon ampunanNya

2:156 orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun" .

ISTIGFAR, memohon ampun merupakan salah satu sarana untuk mengurangi beban atau sama sekali untuk menghilangkan beban musibah tersebut, dengan benar-benar menyadari suatu kesalahan, Insya Allah, Allah akan mengangkat suatu musibah, sebatas…. Kesalahan hamba dengan PenciptaNya, namun apabila kesalahan yang diperbuat akibat suatu hubungan antar sesama, maka terlebih dahulu wajib meminta maaf dengan sesamanya.
SEDEKAH merupakan salah satu sarana pula untuk meringankan atau menghilangkan suatu musibah atau lebih dari itu…

Case :
Prilaku dan bentuk Peringatan
1.Ambisi atau keinginan yang ngotot tanpa dibarengi dengan harapan atau doa yang sama dengan kadar keinginannya
Peringatan : daerah siku sakit atau sendi lutut sakit , Insomnia/Sulit Tidur, Jantung Berdebar, Serangan Jantung, Sakit Kepala, dll

2. Kesal atau dendam kepada suami/istri atau kepada Ibu/bapak
Peringatan : sakit pada Pinggang, Pinggul, Syaraf Tulang belakang, sampai tungkai kaki (Pergerakan terganggu) lebih parah gagal ginjal, Prostat, Kista, kanker, Sulit punya keturunan dll. Allah memberi peringatan bahwa 1. Tanpa Orang Tua kita tak akan ada, hiduppun menjadi timpang 2. tanpa Suami/Istri kehidupan menjadi timpang

3.Kesal kepada anak
Peringatan : Sakit pada daerah telapak kaki, Kanker Payudara.

Sakit pada Anak (yang belum Baliq) Berhubungan dengan Orang Tua

Sakit berdasarkan anatomi atau letaknya :
Kepala
- Berpikir terlalu Keras
- Suuzon
- Kesal yg selalu terbayang di kepala

Mata
- Meninggalkan masalah
- Kesal yang selalu terbayang dimata

Telinga
- Gampang tersinggung-
Hidung
- Emosi hingga nafas memburu

Mulut/Bicara
- Jika berbicara seringnya diplencengkan

Tenggorokan
- Melihat sesuatu kemungkaran hanya diam

Perut - Kesal dalam urusan keluarga atau rumah tangga
Kulit - Jika sudah emosi seringnya meluap-meluap

Jantung
- Marah yang dipendam
- Marah yang dipendam kemudian di ledakkan

Liver
- Dendam

Paru
- Kesal yang dipendam

Kandung Empedu
- Gosip / sering membicarakan yang sia-sia

Usus Besar
- Kesal yang dipendam dalam-dalam

64:11 Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

Cara Diagnosa Sederhana :
- hubungkanlah dengan Lamanya Suatu penyakit yang diderita kemudian hubungkan dengan kejadian2 yang berhubungan dengan Emosi Seperti Marah/kesal, Putus asa atau Ambisi atau Intropeksi diri mengenai Akhlak

Cara Pengobatan :
- Mohon Ampun, dapat juga meletakkan telapak tangan pada daerah yang sakit sambil memohon ampun dan memohon doa kesembuhan (tehnik ini dapat juga berlaku untuk menangani orang lain meskipun dari jarak jauh yang penting orang tersebut menyadari kesalahannya).

- Bersedekah
Insya Allah dalam waktu kurang dari 10 Menit Pasti Ada Perubahan


Hormatilah Ayah dan Ibumu

Ayah Ibuku mengajarkan hanya tentang Kasih Sayang dan Bersikap
Sifatku mungkin adalah pembawaan Gen dari Ayah dan Ibuku
Sifatku bisa jadi adalah Sifat yg terPendam dari Ayah dan Ibuku

Ayah Ibuku sll mengingatkan untuk brbuat baik, ramah, sederhana, rendah hati, jujur, tulus ikhlas dan berani menerima knyataan seburuk apapun

Ayah Ibuku tak pernah mengharuskan Aku mnjadi se2org yg sukses atopun berlimpah materi
Ayah Ibuku hanya sekali berkata, “Berbuatlah dan Bekerjalah lebih dari Kami,demi masa depanmu dan jg keluargamu kelak”

Ayah Ibuku sll berbagi Cerita dgnku, krn itu mengapa Aku bisa sedekat ini dgn Ayah dan Ibuku
Tentang dunia Kerja, tentang Perasaan dan Hati, tentang kemajuan zaman, tentang Hidup Kehidupan, tentang Arti Seseorang, tentang pengalaman Hidup mereka dan tentang Kebebasan

Ayah Ibuku mungkin tak lbh baik dari Orang Tua sprti yg kalian miliki
Tapi mngapa Kalian sll mengeluh thdp Ayah dan Ibu yg kalian miliki??
Apa yg Ayah dan Ibu tanamkan dan Katakan tak prnh Satupun mjdkan suatu kegagalan bg Hidup Kita

Saat ini,mulailah Cintai dan Hormatilah mereka
Renungkan baik-baik,apa yg mnjdi pmbungkus tubuhmu,yg mengalir dlm tubuhmu,yg menetes dari kelopak matamu??

Semua itu…
Kita bukan terlahir begitu saja dan sekejap menjadi sukses
Mengertilah sedikit ttg kelebihan dan kekurangan Ayah dan Ibu yg kita miliki
Merekapun memiliki Batas…
Syukurilah apa yg Ayah dan Ibu berikan untuk Hidup Kita
Berterimakasihlah kpd Ayah dan Ibu yang sll mengingatkan Kita

Apa yang Kau bisa lakukan di saat Ayah dan Ibu kembali padaNya? di saat kita tergiur nikmat dunia? SIAP kah menrima smua itu dgn lapang dada dan membentangkan kedua tanganmu lebar-lebar sprti di saat mereka Ada??

Camkan itu, krn kitapun kelak akan mjd sperti mereka,memiliki keluarga dan membesarkan Anak Titipan dariNya

Selalu ucapkan dengan senyum bahwa kalian Bangga memiliki dan menyayangi mereka

Hanya itu yang mereka Pinta dari Anak-anaknya,kebanggaan yg paling diharapkan dari Hati Anak-anaknya

ANAK.
Ketika kita dititipi anak, maka pada hakekatnya Allah menganggap kita memiliki kapasitas yang memadai untuk memainkan peranan dan fungsi sebagai orang tua. Maka, nikmatilah kepercayaan dan kehormatan tersebut dan bertekadlah untuk melaksanakannya sepenuh hati. Jangan pernah merasa terbebani dengan kehadiran anak di tengah-tengah kita. Justru, dia merupakan ladang amal yang luar biasa bagi orang tua.

Kedua, menyikapi anak dengan penuh kesabaran. Tingkah laku anak yang seringkali menjengkelkan bisa dimaklumi karena mungkin mereka belum cukup dewasa untuk menjalani hidup. Dalam kondisi seperti ini, orang tua dituntut untuk bersabar dengan selalu memberikan nasihat yang menyejukkan.

Ketiga, jangan merasa terbebani amanah. Amanah berupa anak adalah sebuah kepercayaan yang diberikan Allah Swt kepada para orang tua. Menjaga amanah dengan baik merupakan bentuk ibadah yang bernilai tinggi. Maka, hendaknya para orang tua menjadikan amanah ini sebagai ladang amal, yang kelak akan dipanen hasilnya di akhirat.

Keempat, memberikan nafkah yang halalan thayyiban. Menafkahi keluarga, anak dan istri dengan nafkah yang halal dan baik. Hal ini penting, karena sedikit saja aliran darah anak tercampuri oleh makanan dan minuman yang tidak halal, atau yang diperoleh dari cara yang tidak halal, maka jangan harap kelak anak menjadi anak yang baik (shalih). Karena makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuhnya akan membentuk karakter serta kepribadiannya ketika dewasa nanti. Lebih dari itu, nafkah yang tidak halal tidak akan membwa keberkahan dalam hidup.

Kelima, menginstall sistem akidah. Pondasi utama yang harus ditanamkan sedini mungkin kepada anak adalah akidah. Keteguhan memegang akidah, lebih-lebih di era modern sekarang ini akan menjadi dinding yang kokoh dalam menghadapi berbagai cobaan, rintangan serta godaan hidup.

Keenam, menanamkan shalat kepada anak. Salah satu Hadis Nabi menyebutkan, “(Mulailah) mendorong anak-anakmu untuk melakukan shalat pada usia tujuh tahun dan pukullah mereka (jika) pada usia sepuluh tahun (masih belum juga taat menunaikan shalat).”

Perintah shalat dalam hadis ini hendaknya dimaknai para orang tua sebagai sarana pembelajaran kepada anak untuk patuh kepada Sang Khalik. Dalam prakteknya, orang tua hendaknya menjadi contoh serta teladan bagi anak-anaknya. Sikap persuasif akan lebih dihargai anak daripada tindakan represif dengan cara memaksa anak untuk shalat. Lebih-lebih jika orang tua hanya menyuruh tanpa memberi contoh. Pendidikan semacam ini tidak akan pernah berhasil.

Kewajiban orang tua adalah mendidik anak dengan sepenuh hati (sungguh-sungguh dan ikhlas). Terutama fokus pada proses bukan hasil (cetak miring dari peresensi). Dengan demikian, kewajiban orang tua adalah mendidik, sebagai proses, bukan kewajiban mencetak anak soleh, sebagai hasil. Baik buruk ada di tangan Allah, kita tidak berkewajiban mencetak anak saleh. Jika kita sudah bekerja keras mendidik anak, bertawakallah kepada Allah. Hasil akhir kita serahkan kepada-Nya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar